Jumat, 17 April 2015 1 komentar By: Himabio UNY

Wolfbachia Memberantas Demam Berdarah


Demam berdarah adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk. Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti kemudian berinteraksi  dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus-antibody. Penyakit ini ditandai dengan demam, nyeri kepala, nyeri pada tungkai, dan ruam.
Morfologi virus dengue seperti beberapa flavivirus, terdiri dari genom single-stranded RNA yang dikelilingi oleh suatu ikosahedral atau isometric nukleokapsid. Virion dengue merupakan partikel sferis dengan diameter nukleokapsid 30 nm dan ketebalan selubung 10 nm, sehingga diameter virion kira-kira 50 nm. Genom virus dengue terdiri dari asam ribonuklead berserat tunggal, panjangnya kira-kira 11 kilobasa. Genom terdiri dari protein struktural dan protein non struktural, yaitu gen C mengkode sintesa nukleokapsid (Capsid), gen M mengkode sintesa protein M (Membran) dan gen E mengkode sintesa glikoprotein selubung/ Evelope.
Partikel virus yang belum matang (immature) mengandung lebih banyak protein rekursor (prM) dan kurang infeksius dibandingkan virion lengkap yang dilepaskan. Virus ini stabil pada ph 7-9 dan pada suhu rendah, sedang pada suhu yang relative tinggi infektivitasnya cepat menurun. Sifat dengue yang lain adalah sangat peka terhadap beberapa zat kimia seperti sodium deoxycholate, eter, kloroform dan garam empedu karena adanya amplop lipid. Bentuk batang, sensitif terhadap inaktivasi oleh Dietil eter dan Na dioksikolat, stabil pada suhu 70°C (Kusumawati, 2005).
Di Indonesia dengue fever lebih populer disebut penyakit demam berdarah. Penyakit ini sering kali menjangkiti masyarakat Indonesia mulai dari anak-anak, remaja, sampai orang dewasa pada saat musim penghujan datang. Karena banyak air menggenang yang digunakan oleh nyamuk sebagai sarang.
Penyakit ini merambah hampir diseluruh negara, demam berdarah menempati posisi kedua di belakang malaria dalam hal penyakit yang dibawa nyamuk dengan perkiraan 50-100000000 kasus per tahun. Dunia Kesehatan Organiziation melaporkan bahwa demam berdarah adalah endemik di sedikitnya 100 negara, yang mewakili sekitar 40% dari populasi dunia. Dan demam berdarah menyebar nyamuk yang dapat menularkan penyakit menyerang wilayah baru. Selain itu, penelitian terbaru menunjukkan bahwa virus dengue memiliki kemampuan jahat untuk menyebabkan perubahan dalam ekspresi gen dalam nyamuk sesuai virus 'kebutuhan’.

Meskipun tidak mematikan seperti malaria, demam berdarah masih merupakan beban kesehatan masyarakat di seluruh dunia karena rawat inap diperlukan untuk mengobati pasien. Selain itu, tidak ada obat antivirus atau vaksin khusus untuk mengobati atau mencegah demam berdarah. Tahun lalu, sebuah percobaan klinis untuk vaksin dengue dilakukan di Thailand dengan harapan yang tinggi, tetapi menghasilkan hasil yang beragam.
Vaksin terbukti cukup efektif dalam mencegah penyakit dari tiga serotipe, pemotongan tingkat infeksi oleh 55,6% untuk serotipe 1, 75,3% untuk serotipe 3, dan 100% untuk serotipe 4 setelah tiga suntikan. Tapi itu memberikan mendekati nol perlindungan terhadap serotipe dengue, yang merupakan salah satu yang paling umum di wilayah tersebut dan yang paling bertanggung jawab untuk penyakit yang parah di seluruh dunia.
Setelah vaksin, ada metode untuk mencegah penyakit dengan menggunakan rekayasa genetik (GM) untuk memberantas nyamuk populasi Aedes aegypti di Florida Keys. Aedes aegypti diubah, direkayasa oleh perusahaan bioteknologi Inggris Oxitec dan diberi nama suram OX513A, sehingga membawa gen bahwa ketika diteruskan akan membunuh generasi nyamuk berikutnya. Protein yang dihasilkan dari gen ini mematikan jentik nyamuk.
            Yang paling terbaru adalah metode memasukkan Wolbachia, genus bakteri simbiosis yang cepat dan stabil dapat menginfeksi serangga-infeksi yang diturunkan dari ibu ke anak. Satu strain Wolbachia tertentu, wMel, yang secara alami menginfeksi Drosophila (lalat buah) tetapi tidak menginfeksi  Aedes aegypti, telah menarik karena infeksinya melindungi Drosophila terhadap infeksi oleh virus RNA tertentu. Karena virus dengue tersusun materi genetik berupa RNA, ini mengangkat kemungkinan menggunakan Wolbachia sebagai sarana untuk mencegah infeksi virus dengue pada nyamuk. Inovasi ini menyebabkan pro dan kontra dari strategi baik, itu juga penting untuk mengevaluasi risiko wabah demam berdarah di masa depan.
~Semua yang diciptakan di dunia ini ada manfaatnya. Jika kita terlalu kejam membasminya sekarang bisa jadi itu akan kita cari dikemudian hari~
(mayta)
            

sumber:
https://www.youtube.com/watch?v=0PUsdv1kDTc
Kusumawati, R. Lia. 2005. Teori Sequential Infection dari Halstead.
Siswono.2004. Demam Berdarah Dengue dan Permasalahannya. 
Sabtu, 04 April 2015 0 komentar By: Himabio UNY

Keripik Ulva: Kuliner Kaya Gizi Pesisir Selatan



Siapa sangka alga makroskopis yang sering dijumpai di pantai dan di laut, Ulva (sea lettuce) atau selada laut, ternyata kaya akan gizi dan dapat menjadi kudapan yang nikmat. Masyarakat pesisir selatan, Gunung Kidul, kerap menyulap alga berwarna hijau mirip selada ini menjadi keripik yang renyah nan gurih. 





Bahan:

·         Ulva
·         Tepung terigu
·         Air
·         Bawang putih
·         Merica
·         Garam
·         Penyedap rasa
·         Minyak goreng

Cara Membuat:

·         1. Keringkan ulva dengan cara dijemur di bawah sinar matahari langsung selama 24 jam
·         2. Tumbuk halus bumbu-bumbu adonan tepung; bawang putih, merica, dan garam. Tambahkan penyedap rasa secukupnya.
·         3. Campurkan tepung terigu dengan air hingga encer, masukkan bumbu yang telah ditumbuk halus. Aduk rata.
·         4. Lumurkan ulva yang telah dikeringkan dengan adonan tepung.
·         5. Diamkan meresap hingga beberapa saat.
·         6. Panaskan minyak goreng di atas penggorengan, tunggu hingga minyak matang merata, goreng ulva yang telah dilumuri tepung hingga kuning kecoklatan, tiriskan.
·         7. Ulva siap dihidangkan sebagai camilan penuh gizi dan kaya manfaat.



Kandungan Gizi

Awalnya sekelompok mahasiswi biologi dari Universitas negeri di Yogyakarta melakukan riset tentang ulva. Lalu setelah mendapatkan hasil yang positif, sekelompok mahasiswi tersebut memperkenalkan potensi ulva kepada warga sekitar pantai, meneliti kandungan gizi, dan mengajarkan cara mengolahnya hingga menjadi keripik dan makanan khas pantai Gunung Kidul.

Jauh beberapa waktu lampau, sebelum dimanfaatkan di Indonesia terutama di Yogyakarta, masyarakat sekitar pantai di Jepang, Tiongkok, dan Filipina sudah mulai mengkonsumsi ulva sebagai makanan yang bergizi. Begitu juga masyarakat di Britania Raya yang kerap menjadikannya sebagai bahan campuran salad. Tidak heran, manfaatnya sebagai pencegah kanker dan osteoporosis memang membuat ulva semakin digemari. Selain itu alga yang mengandung 2,59% mineral; 11,5% serat; 4,88% protein serta karbohidrat dan vitamin ini juga dikenal dapat membantu kesehatan pencernaan dan sebagai obat cacing alami. Lezat lagi bergizi!

(Fia. Reff: nutrisiuntukbangsa.org/kuliner-pesisir-selatan-lezatnya-si-hijau-bergizi-dari-pantai-gunung-kidul/#14280708430851&30813::resize_frame|70-270
www.kelas-mikrokontrol.com/jurnal/iptek/bagian-3/manfaat-ganggang-hijau.html
www.pikiran-rakyat.com/node/117797)