Sabtu, 28 Maret 2015 0 komentar By: Himabio UNY

Cuttlefish (ordo Sepiida)

Sotong si Curang yang Cerdas

Sotong dan cumi-cumi
Sotong kerap disalahtafsirkan sebagai cumi-cumi. Padahalkeduanya memiliki perbedaan yang cukup mencolok, yakni pada bentuk Sotong yang lebih pipih dibandingkan dengan cumi-cumi yang bentuknya silinder. Selain itu cangkang dalam pada sotong lebih keras dan mengandung kapur, berbeda dengan cumi-cumi yang lebih lunak.
Sotong memang satu famili dengan cumi-cumi dan gurita. Makhluk yang disebut-sebut memilikikecerdasan ini termasuk dalam kelas cephalopoda. Selain  disebut-sebut sebagai pemilik kecerdasan tertinggi dibandingkan invertebrata apapun, sotong mempunyai beragam keunikan seperti kemampuannya untuk melihat ke belakang, penggunaan jet, kemampuannya menjaga daya apung yang diterapkan dalam pembuatan kapal selam oleh manusia, kemampuan berkamuflase yang hebat, senjata ‘tinta’nya, dan juga kebiasaannya saat mating season.
Mating season

Sotong, yang kerap pula dikenal dengan sebutan cuttlefish, memiliki kebiasaan unik di musim kawin. Sotong jantan memiliki trik khusus untuk mengelabuhi pejantan lainnya sebelum mengawini sang betina.



Gbr 1. Sotong jantan (kanan) menampilkan pola laki-laki di sisi tubuhnya yang menghadap ke arah sotong betina. Semetara di sisi lainnya, sotong jantan ‘memasang’ pola sotong betina dengan khasnya yang berbintik-bintik. Perilaku tersebut merupakan upaya sotong jantan untuk menipu penjantan saingan ke dalam pemikiran bahwa ia bukanlan ancaman.
Sudah kerap diketahui bahwa sotong memiliki kemampuan yang luar biasa dalam berkamuflase. Hal tersebut dapat terjadi berkat sel-sel kulit khusus yang memungkinkan mereka mengubah warna kulitnya hanya dalam sekejap mata. Sebuan penelitian menemukan bahwa sotong menggunakan kemampuan luar biasa mereka dengan kreatif: dengan berpura-pura menjadi jenis kelamin lainnya.
Sebenarnya, setengah berpura-pura.
Ketika sotong jantan ‘merayu’ seekor sotong betina. Ia kerap ‘menipu’ dengan cara merubah setengah warna kulitnya dengan pola khas sotong betina, sementara setengah bagian tubuhnya yang menghadap ke arah si betina menunjukkan pola khas sotong jantan. Trik yang dimainkan oleh si jantan ini dilakukan demi memunculkan gagasan di benak  pejantan saingan bahwa ia bukanlah ancaman. Sotong jantan berusaha memancing soton jantan lainnya ke dalam pemikiran bahwa mereka hanyalah beberapa sotong betina yang sedang ‘nongkrong’.
Seorang peneliti bernama Culum Brown, biologist di Macquarie University di Australia , mengatakan bahwa dengan bertindak curang seperti ini, si jantan akan memiliki cukup waktu meyakinkan si betina untuk kawin sebelum mereka ditemukan oleh pejantan lainnya. Perilaku ini hanya terjadi pada situasi-situasi khusus, di mana terdapat dua ekor sotong jantan dan seekor sotong betina. Betina tambahan hanya akan memecahkan konsentrasi si jantan dan membuatnya kesulitan untuk mengarahkan penyamarannya ke arah yang benar, dan untuk membagi pewarnaan di hadapan lebih dari satu saingan rupanya terlalu berisiko. (Biology Letters journal)

Clever Cuttlefish 



Gbr 2. Sotong memiliki kemampuan berkamuflase yang sangat hebat, selain itu mereka juga mampu membuat tubuhnya tembus pandang.
Fakta bahwa sotong jantan hanya berperilaku demikian di dalam konteks yang sangat spesifik dan jelas  menunjukkan bahwa makhluk ini  memiliki tingkat kesadaran yang tinggi terhadap lingkungan sekitarnya. Mereka sangat menyadari konteks sosial di mana menemukan diri mereka dan berperilaku yang sesuai. Sementara kesadaraan akan lingkungan sosial, telah ditemukan, menjadi salah satu faktor kecerdasan dan kemampuan berinteraksi pada hewan primata dan burung. Untuk itu, bukanlah mustahil sotong juga memiliki kemampuan akan hal itu. Mereka juga memiliki sistem visual yang sangat canggih sehingga memungkinkan mereka untuk memili kamuflase yang tepat dan sempurna di setiap situasi berbeda.
Selasa, 24 Maret 2015 0 komentar By: Himabio UNY

Panitia Bonjour 2015 :)



No
Amanah
Nama
Kelas
Tahun
1
Ketua
Absari Hanifah
Biologi B
2014
2
Sekertaris
Afiannisa Viersanova
P Bio C
2014
3
Bendahara
Asri Nur Rahmawati
P Bio A
2014
4
Sie Konsumsi
Lutvi Widyastuti
P Bio
2013


Radha Amalia Balqis
P Bio C
2013


Elisabet SusanaW.
P Bio A
2014


Viki Ambarwati
P Bio A
2014


Zelika Larasati
Biologi B
2014
4
Sie Acara
Dwiki Prasetya
Biologi E
2014


Desi Nugraheni
P Bio Inter
2013


Venti Azulianingsih
P Bio
2013


Ulfia Nurul
Bio B
2014
5
Sie KSK
Hasanah Fajar Sayekti
P Bio A
2013


Nurhayatun Nikmah
P Bio
2013


Miftakhurohmah
P Bio Inter
2013


Fenti Aryani
Bio B
2014


Sovi Amalia P
Bio B
2014


Alvie Aulia S.
P Bio A
2014
6
Sie Humas
Ema Hannaputri
P Bio A
2013


Desi Dwi A.
Bio B
2014


Dynar Cahyaningtyas
Bio B
2014
7
Sie Publikasi
Neni Andriyani
P Bio A
2014


Amaliyah Rahayu
P Bio C
2014


Vita Rahmawati
P Bio I
2013


Amalia Susanti
P Bio C
2013
8
Sie PDD
Gahar Ajeng Prawesthi
P Bio C
2013


Teoina Restian
P Bio A
2014


Nurul Hakiki
Bio E
2014


Fitria Permatasari
Biologi B
2014
8
Sie Sponsorship
Nilam Cahya Nugraheni
P Bio I
2013


Nabila Sekar Wilis
Bio E
2014


Aditya Wijaya
Bio B
2013


Nia Widiastuti
P Bio C
2014
9
Sie Perkap
Gabriel Rian Geraldo
P Bio C
2014


Bowo Prakoso
P Bio C
2013


Suryo Arif Setiawan
Bio E
2014


Arum Fahmi Faulana
Bio B
2014


Note:
 Temu perdana Pukul 17.00 Rabu, 25 Maret 2015 at Taman Ormawa FMIPA UNY.
 Jangan lupa membawa SEMANGAT :)

Sejuta Pesona Anggrek Indonesia



Anggrek adalah tanaman yang dengan bunga yang indah dan berwarna-warni. Anggrek masuk ke dalam famili Orchidaceae. Anggrek yang sering kita temui adalah jenis anggrek bulan. Dengan mahkota yang lebar dan berwarna-warni. Ternyata Anggrek memiliki ukuran yang beragam, dari mulai yang sangat kecil sampai yang besar seperti anggrek bulan.
Karakteristik famili Orchidaceae terletak pada mahkota yang termodifikasi atau biasa disebut dengan istilah labellum. Anggrek memiliki lima tempat hidup yang berbeda, ada yang menempel di pohon (epifit), menempel di batu, tumbuh di tanah (terrestrial), tumbuh di seresah (saprofit), dan  (amobofit) yang memiliki fase generatif dan vegetatif di waktu yang berbeda. Dari tempat hidup yang beraneka ragam itu, tentu akan menyebabkan morfologi batang, daun, dan bunganya berbeda.
Dari perbedaan tersebut, menyebabkan tanaman anggrek sulit untuk dibedakan dari tanaman lain. Cara termudah untuk mengidentifikasi tanaman anggrek yaitu dengan melihat bunganya. Karena dari bunganya kita akan melihat ada tidaknya labellum. Walaupun sulit, mempelajari anggrek tetap merupakan kegiatan yang sangat menyenangkan. Karena akan banyak kejutan yang kita dapatkan. Contohnya anggrek tanah yang tidak memiliki bentuk daun dan batang yang serupa dengan anggrek yang menempel pada pohon (epifit),  sekilas malah terlihat seperti pohon salak yang masih kecil. Keanekaragaman inilah yang membuat anggrek begitu special. Inilah tantangan yang akan kita hadapi saat mencari anggrek di alam.
Hal ini dirasakan oleh kelompok studi Herbiforus Jurdik Biologi FMIPA UNY saat mengamati anggrek di bukit Plawangan Kaliurang, Sleman, Yogyakarta. Herbiforus dengan personil 35 orang mulai naik ke bukit Plawangan melalui pintu Tlogo Nirmolo, Taman Nasional Gunung Merapi sekitar pukul 09.00 WIB. Herbiforus dibersamai oleh Prajawan Kusuma Wardhana ketua Himabio 2012.
Pada awal perjalanan, peserta kurang antusias karena medan yang dilalui cukup terjal, berbatu, licin dan sempit. Tetapi setelah peserta mulai berada di bagian atas bukit, peserta mulai menemukan tanaman anggrek. Sayangnya anggrek yang pertama kita temui adalah anggrek epifit yang menempel pada puncak pohon besar. Sehingga peserta dan pemandu tidak dapat mengidentifikasi anggrek tersebut. Semakin dalam Herbiforus menjelajah bukit Plawangan semakin banyak pula peserta yang dapat menemukan tanaman anggrek.
Kelincahan ini, dikarenakan mata peserta mulai terlatih dengan macam-macam tanaman aggrek. Menurut Prajawan, pemandu herbiforus pada ekspedisi kali ini “Kita memang sangat membutuhkan mata copet untuk menemukan anggrek di alam”. Setelah ekspedisi selesai, Herbiforus mengadakan diskusi dengan pemandu mengenai anggrek-anggrek  yang ditemukan di bukit plawangan. Menurut keterangan dari pemandu di bukit plawangan ada sekitar enam puluhanan spesies anggrek. Tetapi herbiforus hanya dapat menemukan sepuluh spesies yang diduga berbeda. Lima diantaranya sudah teridentifikasi Vanda tricolor, Dendrobium montabele, Leparis rhedii, Guiduria anastosilus, Habenaria loerzingii dan 5 lainya belum teridentifikasi.
Ingin mengetahui lebih dalam tentang dunia anggrek?  mari bergabung dengan Herbiforus FMIPA UNY J
Salam lestari, salam konservasi!!!
Salam hijau, let’s go green!!!
(mayta)
Kamis, 19 Maret 2015 0 komentar By: Himabio UNY

Pawai Kepiting Merah Australia di ‘Musim Kepiting’



Salah satu ciri dari makhluk hidup adalah berkembang biak. Berkembang biak dilakukan seluruh makhluk hidup untuk tetap melestarikan jenisnya dari kepunahan. Umumnya, baik hewan maupun tumbuhan bahkan manusia sekalipun bisa berkembang biak tanpa mengenal tempat dan musim. Namun, pada beberapa jenis makhluk hidup ada juga yang  melakukan perkembangbiakan pada musim-musim tertentu dan dilakukan beramai-ramai di suatu tempat tertentu.
Berkembang biak beramai-ramai memang hal yang biasa bagi sebagian hewan, termasuk bangsa ular dan penguin dan juga penyu laut. Tapi adakah hal yang tak biasa dari berkembang biak beramai-ramai? Jawabannya ada, dan itulah yang terjadi pada kepiting merah Australia.
Kepiting Merah Australia atau yang bernama latin Gecarcoidea natalis ini merupakan arthropoda endemik di Pulau Christmas, Australia, yang tak ditemukan di tempat lain di dunia ini. Di pulau yang terletak di selatan Pulau Jawa ini memiliki ribuan bahkan jutaan ekor kepiting merah yang hidup menutupi lantai hutan hujan dan memainkan peran utama dalam menentukan struktur ekosistem. Tinggal bersarang di tempat teduh. Kepiting merah justru mati jika berada dalam keadaan kering dan panas dari sinar matahari langsung. Kepiting merah umumnya pemakan daun-daun yang jatuh, bibit, buah-buahan, dan bunga, mengolah nutrisi dan membantu untuk menentukan penyebaran dan komposisi flora asli. Sebagian besar kepiting merah ini hidup secara soliter di lubang yang mereka gali sendiri di seluruh lantai hutan. Selama musim kemarau mereka memasuki lubang sarangnya ini untuk mempertahankan kelembaban tubuh dan akan tetap di sana selama dua sampai tiga bulan.

Kepiting Merah

Pada setiap musim penghujan, jutaan kepiting merah akan keluar dari sarangnya dan berkeliaran mencari pasangan. Mereka akan bermigrasi dari tengah hutan menuju pinggir pantai untuk bertelur setelah melakukan perkawinan. Telur dari sang betina akan dimasukkan ke dalam lubang sarang baru di pinggir pantai selama beberapa hari, sebelum akhirnya menetas dan pergi menuju ke laut ketika airnya pasang, yaitu antara bulan kuartal terakhir dan bulan baru. Telur kepiting merah menetas langsung, dan hidup muda sebagai larva di laut selama satu bulan sebelum kembali ke garis pantai, melakukan molting, dan perlahan-lahan kembali ke daratan untuk memulai siklus baru.
Yang menarik dari kehidupan kepiting merah adalah, proses migrasi para kepiting ini yang menjadi objek wisata tersendiri bagi para turis yang mengunjungi Pulau Christmas ini. Bagaimana tidak, pada musim-musim migrasi itu di sepanjang jalan Pulau Christmas akan berubah menjadi warna merah akibat jutaan kepiting merah yang seolah menguasai Pulau Christmas, jutaan kepiting akan bersama-sama bermigrasi serentak tanpa ada yang tertinggal. Penduduk setempat bahkan menamainya dengan ‘musim kepiting’ ketika tiba masanya kepiting merah Australia bermigrasi. Kepiting-kepiting tersebut akan menyebrangi jalanan raya untuk sampai pada tempat tujuan mereka untuk bertelur, yaitu pantai.


Hewan yang aktif di siang hari ini perlu waktu hingga 18 hari untuk melakukan perjalanan dari hutan, menyeberang jalan dan turun ke pantai. Akibatnya, aktivitas penduduk terutama pengguna jalan akan terganggu ketika terjadi musim kepiting. Oleh karenanya, pemerintah setempat sudah menyediakan jalur khusus untuk penyebrangan kepiting merah Australia. Bahkan selama musim kepiting ini, jalan-jalan di Pulau Christmas yang menjadi jalur kepiting akan ditutup. Namun, perlu hati-hati juga jika ingin mengamati kepiting ini dari dekat, karena kepiting ini adalah pemakan apa saja. Mereka bisa memakan daun-daun gugur, buah-buahan, bunga, biji-bijian, hewan mati, bahkan memakan temannya sendiri dan sampah manusia. Selain itu, kepiting ini juga bisa menganggu aktivitas penduduk ketika melewati jalan raya. Kepiting-kepiting yang melintasi jalanan bisa membuat ban kendaraan motor menjadi bocor karena capit mereka.
Tertarik untuk berkunjung ke Pulau Christmas menyaksikan secara langsung pawai kepiting merah Australia di musim kepiting? (Ajeng reff : radioaustralia.net.au ; animals.nationalgeographic.com/animals/invertebrates/red-crab/)